Translate

Kamis



Dua hari lalu aku pulang ke kampung halaman. Di Bis, aku duduk berdapingan dengan perempuan muda yang mengenakan jilbab rapi

"pulang kemana?" ia membuka pemibacaraan. Sepertinya dia tergolong wanita ramah, lumayanlah ada teman ngbrol selama perjalanan 3 jam kedepan

"ke Beteng..." kataku, sambil menurunkan tas ranselku ke bawah bangku

"deketan. Aku sebelum Benteng... puasa?" ia mengeluarkan sebotol air meneral dan meneguknya

"puasa..." jawabku

"maaf, aku sedang tidak puasa. Maklum lagi menyusui... kasian si dedek" aku mengernyutkan dahi, ternyata dia sudah menikah tidak terlihat karena bentuk badanya, kukira dia masih gadis, mungkin pintar melakukan perawatan.  Tapi, mengapa dia sendiri? mana anak dan suaminya? pertanyaan menggelantung di benakku

"suami?" sepontan saja nada tanya itu mencuat dari bibirku

"barusan cerai, tadi sudah di putuskan Pengadilan" aku mengangguk perihatin, ia kembali meneguk air meneral berkali-kali entah haus atau menghalau galau di hati, sebab lumayan dingin oleh AC. Bis melaju kencang melewati pepohonan rindang di sisi jalan

"anaknya ditinggal sama siapa?"

"bersama neneknya di rumah, kasian kalo di bawa" aku menganggu lagi

"oh..." mulutku membentuk lingkaran donat, mataku nanar... penasaran mulai menyusuri keingintahuan penyebab perceraian wanita muda ini

"dia meninggalkan kami, tepat ketika kandangunanku 3 bulan. Awalnya dia pamit ingin pulang seminggu ke orang tuanya, tapi hampir setahun dia tidak kembali" lagi-lagi aku hanya mengangguk. Tanpa kutanyapun bibirnya lancar mengurai kisah

"tidak jodoh..." tanggapanku singkat. Kurasa... dia tidak ingin mendengar masukan dari orang lain, dia hanya ingin didengarkan, aku memposisikan diri sebagai pendengar yang baik baginya. 

"Lagian, untuk apa sih sedih-sedih. Pas hakim bertanya apa aku pengen dari perceraian itu, aku jawab aja cuma pengen cerai tanpa menuntut apapun. Aku ingin mengasuh anakku dan melanjutkan hidup..." 

"Dia memang harus di ceraikan mbak" sepontan saja kukatakan itu... 

Perceraian bukanlah kiamat bagi wanita. Meskipun tidak semua laki-laki itu berengsek, tapi suaminya benar-benar berengsek. Bagaimana ia tega meninggalkan istri yang tengah hamil mudah, bahkan saat istri tengah melahirkan ia tak ada di sampingnya, meskipun prempuan muda itu tidak menguraikan mengapa laki-laki itu meninggalkanya, tapi didalamnya ada luka yang coba ia tutupi... yahhhh anak adalah kekuatan hidupnya...

Perceraian kadang langkah awal untuk hidup baru untuk wanita. Di dunia ini kadang kita tidak berjodoh hanya dengan satu orang, bahkan beberapa orang....
03.54.00   Posted by Unknown in , , , with 3 comments

3 komentar:

  1. Itulah sakit nya menjadi seorang wanita yg menikah dengan lelaki.. kk aku juga ad yg begini, sayang mantan suaminya di luar negri kl dekat mungkin uda aku bunuh zhu...

    BalasHapus
  2. iyah seh.....susah ma sama laki-laki....untung gw les...jadi gak terlalu ketergantungan kali sama laki-laki loh ntan:P

    BalasHapus
  3. Loohh kok sama sih zhu?? jangan2 aku L juga :p

    BalasHapus

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search