Translate

Senin

Aku duduk manis di ujung kursi Bus Transmusi, beberapa orang berdiri. Kulirik jam di tanganku, jarumnya menunjukan pukul 13.20 wib. Tidak ada berubah dari kota ini, semakin hari semakin padat dan macet saja, aroma udaranya menyengat, tapi untunglah di dalam bus tidak terasa polusi udara karena di netralisirkan oleh AC. Aku duduk gelisah, beberapa kali panggilan masuk di hp tak kujawab... mataku tertuju pada kaca, memperhatikan jalan-jalan di kota ini, dulu aku hobby sekali mengitari kota Palembang bersama seorang... itu alasan aku datang kembali, memastikan keputusanku sudah benar atau sebaliknya...

Hp berdering lagi... kali ini kuangkat

"kakak di mana? udah nyampe belum?"

"belum sayang... dikit lagi"

"aku juga udah di jalan"

Aku tiba di bawa jembatan Ampera. Aku turun... berrrr...  aroma jajanan khas Sumatra langsung menyapa hidung, deru perahu-perahu mesin mulai memusingkan telinga, seperti lonceng, riak air sungai musi berwarna kecoklatan... aku berdiri tepat di jeruji besi jadi pembatas sungai dan daratan. Ribuan orang hulur mudik didepanku...

Di tempat ini pertama kali aku bertemu gadis berkerudung itu... Penuh semangat ia menemuiku, mengenakan kerudung putih dan rok panjang, kurasa dia mencoba jadi apa yang kuinginkan dari pada menjadi dirinya sendiri waktu itu, terlihat sekali cara dia mengenakan bedak padat tak rata dan maskara yang mulai luntur... aku berusaha menghapus maskara diantara matanya... pertemuan pertama yang aneh... beberapa hari kemudian kami bertemu di sebuah Taman, entah mengapa aku tergerak mencium pipinya, selanjutnya kami sering bertemu dan bercinta...

Hari ini...
Kami bertemu setelah memutuskan berpisah dua bulan lalu... bukan untuk mengenang sesuatu tlah lewat, tapi memastikan sesuatu...

Tak lama... gadis berusia 23 itu muncul di balik bus, aku menyambutnya dengan senyuman hangat...ia mengenakan hotpein hitam di padu dengan lejeng hitam. Ia kurus, mungkin turun sekitar 8 Kg. Rambutnya masih terurai panjang, salah satu bagian tubuhnya indah masih ia rawat. Aku mengeluh dalam hati, hidupmu berantakan sekali... tapi katanya, ia bahagia menjalani hidup sekarang ini. Baik menurutku belum tentu menurutnya...

"kak... aku pengen makan pempek..." rengeknya 

"ayolah..." aku menarik jari-jemarinya. Kami memilih tempat dan duduk berhadapan

"kakak gak mau?" aku menggeleng, ia mengunyah pempek Ad`an lahap, aku memperhatikan raut mukanya. Aku sudah sangat merasa kenyang, aku hanya memesan minum...

"enak?"

"yo enaklah... kenapa sih kakak nengok(melihat) aku begitu?"

"gak..."

"entar aku colok matamu pakek garpu nei"

"wew... hahahha" aku tertawa ringat. Sudah lama tak melihat keganasanya

"pacarmu tau kau menemuiku?"

"iya dia tau..." jawabnya pasti

Setelah selsai dia makan, kami menyebrangi sungai musi, mengendarai kapal kecil atau lebih dikenal dengan Ketek oleh orang Palembang. Aku duduk sejajar... karena kapal kecil itu bergoyang kekiri dan kekanan, aku berteriak-teriak ketakutan, dia tergelak

"eh... eh... eh... mang, ati-ati... nanti aku jatuh...." kataku ketakutan sambil memegangi bahu wanita itu, ia tertawa lepas melihat tingkahku. Bapak-bapak yang mengemudi kapal itu juga ikutan senyum....

"hahahha....dasar dudul, yah gak mungkin jatuhlah...penakutmu gak ilang-ilang yah"

Setelah puas bermain di atas air, kami turun... aku pusing. Ia memegangi tanganku...

"seharusnya kita ke pulau Kemaro ya?" kataku... Pulau Kemaro adalah pulai China, salah satu pusat wisata kota Palembang, butuh waktu satu jam mengenakan perahu untuk mencapai pulau itu, di sana terdapat pohon cinta... katanya  kalo kita menulis nama dengan orang yang kita cintai, akan hidup selamanya... itu katanya...

"ntar aja pagi-pagi biar puas..."ujarnya...

Pegangan tanganku mulai erat di jari jemarinya. Ia berhenti berjalan... ia menatapku, di sana kulihat kerinduan

"apa kau bahagia seperti ini?" ia terdiam, tanganku ditarik pelan

"kadang aku bahagia, kadang tidak. Kau sudah merebut semua..." katanya tegas. Kuambil tysu, dan kulap maskaranya mulai meluber oleh keringat

"bagaimana aku bisa tenang melepaskanmu jika begini"

"kakak..."

"maafkan aku... "

"sudah kukatakan... hidupku akan bersih jika bersamamu kak... jika kau bersedia bersamaku selamanya, akan kulakukan apapapun..."

"aku tidak bisa..." mukanya mulai berubah

"kenapa aku yang harus kau korbankan?"

"aku hanya anak... "

"demi kakak aku akan meninggalkan semuanya, termasuk kelurgaku"

"jangan..."

sebelum pembicaraan itu selsai, telepon masuk...

"hallo?"

"udah selsai belum? kami tunggu nei didepan..." kelurgaku sudah datang menjemput

"siapa?"

"Mereka sudah menunggu didepan" ia mengeluh kesal

"pulanglah..." ia mengatrakku... kami berjalan pelan. Seolah tak rela....

"bukankah kau sudah memegang tanganku hari ini, apakah kau rela melepaskanya begitu muda" aku tidak tau mengapa kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirku, mungkin ego sudah bermain pulas dalam fikiran dan hati...

"oyo kita pergi..." beberapa detik aku mengikuti langkahnya, tiba-tiba saja kesadaran menguasaiku kembali...

"gak...gak..."

"kak..."

"aku tidak mau kau terlibat masalah... mereka taunya kau pergi denganku..."

"aku mencintaimu..."

Tak sempat berpelukan, hanya berpegangan tangan. Ia melepaskan aku... di kaca mobil kulihat ia berdiri di pinggir jalan, menahan sesuatu tak mungkin ia lupakan seumur hidupnya. Gadis itu... akan selalu memberi pelajaran bagiku, bahwa hidup itu tidak mudah... jalanan mengajarkan kehidupan begitu banyak padanya

01.06.00   Posted by Unknown in , , with 2 comments

2 komentar:

  1. wahh pulau kemarau,,tadinya aku mau singgah kesana..
    tp kmalaman dan lalala,,beuh

    BalasHapus
  2. coba yah...mungkin benar tuh mitos.... tentang pohon cinta :)

    BalasHapus

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search