Translate

Sabtu




Kau mahasiwa baru paling aktif. Ketomboyanmu mengharuskan kau jadi bulan-bulanan kakak tingkat, kau menaiki pohon disamping kampus lalu menyanyi seperti kera, berjalan bak pragawati di depn ratusan mahasiswa, hingga membuat keonaran di usir dosen menjauhi kelas karena menganggu kosentrasi mahasiswa lainnya, santai kau keluar lalu kudengar kau tertawa cekikikan.
Waktu itu kita tidak saling kenal, dan aku mendengar bisik-bisik
"ih, dia atlet karate Nasional loh"
Kau tetap menikmati jadi terkenal hilir mudik melewatiku
semua mahasiswa baru menyapa dan mengenalmu, aku mencoba melempar senyum padamu tapi sayang kau tidak pernah melihat betapa manis senyum seorang mahasiswa rantauan sepertiku ingin sekali berkawan denganmu, kau terlihat asik mengobrol dengan temanmu cantik-cantik. 

Aku terus memperhatikan kegilaanmu selama 7 hari Ospek berlangsung, sepertinya kau tidak keberatan dijadikan lawakan oleh mereka, rambutmu ikal di kuncir dengan belasan tali rapiah lalu dipaksa merayu seorang laki-laki, ah betapa konyolnya penyambutan dan tradisi ini, tidak intelektual dan terkesan aneh, sebab disinilah ajang pencarian jodoh sang kakak kelas
Ospek selsai, puncaknya kau dinobatkan sebagai "MAHASISWA BARU TERBAIK" kau disambut tepukan meriah. Aku hanya memperhatikanmu dari jauh, kau mempunyai tubuh kekar, kudengar juga kau berprestasi dalam bidang olahraga lainnya. Sedangkan aku masih sendiri... menyesuaikan pada lingkungan baru, dua minggu lalu keluargaku mengantar di kosan dan meninggalkan aku di kota ini.

Aku mengikuti beberapa kegiatan organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa guna menambah kawan. Aku duduk menyilah diatas pasir putih memandangi gelombang laut, aku tidak berbaur bersama mahasiwa baru lainya karena masih malu dan kiku
"hi..." kau mendatangiku, mengulurkan tangan, duduk lalu bercerita ringan
"kikira kau tak mengikuti acara ini?" kau mengenakan jens biru serta kemeja kotak-kotak
"kamu dari sekolah mana?"
"aku dari SMA Curup..." 
acara itupun selsai, kau menawarkan tumpangan padaku, sebab aku tidak tau angkot apa kunaiki... aku baru, meski aku tidak minta tolong sebab aku hanya berdiri di sisi jalan kau menawarrkan dengan senang hati
"hoi..."  aku mengangguk menanggapi pangiilanmu melengking
"kenapa?"
"sini..." aku menghampiri sambil menjijing tas sandangku
"ya..."
"kau pulang bersamaku saja..."
"tapi, kau cuma bawa helm satu"
"sudah naik saja, soal itu gampang"
Benar saja, ternyata beberapa meter Polisi sedang mengadakan Rasia, kau memutar motormu melaju cepat, aku ketakutan, tpi tidak protes, kau miringkan motormu menyalip bis dan angkot, kau tidak menyadarikan bahwa mukaku sudah sangat pucat, aku di sini untuk kuliah bukan mati konyol, tapi aku hanya mengutuk dalam hati. Meski selamat tapi kau membawa motor memang gila-gilaan
Dari sana kau sering main kekosan, hanya kau teman dekatku waktu itu...
Aku merasa memiliki kawan. Persahabatan kita memang agak gila dan aneh
kata mereka...
"kita sahabat baik buruk..."
Kau sering kali menjemut dikosan dan ke pantai Tapak berdua memandangi langit, setelah jam 9 malam kau mengantarku pulang. Kita mengikuti kekiatan secara bersama-sama, dan suka sekali mendekati kakak tingkat untuk menagih kasih sayang:) kau ingat si Bintang aries dan Bintang Maya... dua kakak tingkat kita itu cantik-cantik kan? kita seolah berbagi... Bintang Aries sangat menyayangimu, tapi dia agar bertentangan denganku... saat kau sedang bermasalah denganya, aku mengarangkan surat bahasa qolbu untuk SANG KAKAK TINGKAT YANG CANTIK ITU atas namamu:) aku yang mengarang aku juga mengantarkanya
Sedangkan Bintang Maya yang juga cantik serta pintar, dia punya kedekatan emosi padaku, sebab dia selalu melibatkan aku dalam berbagai diskusi dan dia suka sekali mengajariku. Aku menyukainya, tapi Bintang Mayang tidak seekspresif Bintang Aries dalam menyayangimu...
Kita pernah hampir adu jontos... seperti berperang, ketika jadi panitia Ospek, kita beda sayap...kau sayap kiri dan aku sayap kanan... diantara kericuhan itu, kau seolah-olah mencariku untuk kau serang, kau meneriaki namaku. Itu pertama kali aku berda dimedan perang nyata, puluhan panitia dengan urat leher menoncol saling dorong,  panitia saling menyalahkan... eh, kita berlawanan...
untung PD III melerai permusuhan para senIor berbeda ediologi itu. Setelah perang itu kau suka sekali menyindiriku
"hah! kau kan wanita perkasa, wanita hebat!" perkataanmu hanya untuk memancing emosiku, tapi aku menjalani apa yang kuyakini, kaupun demikian... 
Permusuhan itu hanya terjadi satu minggu, kita kembali seperti semula. Kau sangat tempramen jika marah, dan aku tidak menyukai sifat kasarmu... tapi kau sahabat baikku, aku meyayangimu... ibarat katamu
"luar dalam kamu aku sudah tau semua" ya benar, semuanya kau mengetahuinya...
Kau ingat saat kita melakukan wawancara dari sebuah LSM? melewati lembah dan kebun:P astaga....

(Sudah dulu ah, capek ambo cerito tentang kau... gek kito sambung lagi ndan hahahhaha... ngos-ngosan... argh) 


07.44.00   Posted by Unknown in , , with 1 comment

1 komentar:

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search