Translate

Minggu

Aku dan dia berbaring di bawah pohon berdaun lebat yang memayungi tubuh kami. Burung perkutut bersiul nyaring memecah sunyi siang itu, binatang itu seolah membelah kesepianya di sarang, ia tergantung tepat didepan jendela. Di samping rumah kami ada dua buah kolam, satu kolam lele dan satunya lagi kolam besar untuk ikan nila dan ikan emas, rumah di kelilingi oleh pepohonan. Kunamakan rumah kami sebagai rumah hijau, ketika membuka jendela di belakang petama kali kulihat adalah pohon kelapa, duren, rambutan dan rerumputan serta kolam ikan, di samping kamarku terdapat pohon markisah dan pisang…



 Siang itu

 Aku membantalkan kedua tanganku di bawa tengkukku, Dia duduk di sisiku… angin melayang-layang meniup sisi rambutku.
“kau pasti akan membenciku?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibirku. Jari-jemarinya mengukir sesuatu di bangku bambu, abstrak, hal  serupa mungkin  terukir di hatinya…
“untuk apa aku membencimu? Kau tak pantas dibenci…” katanya datar dan tanpa ekspresi. Di wajah itu tak mampu kuraba perasaan apapun lagi, kecuali rasa bersalahku padanya…
“maaf…” kataku begitu saja
“tak ada yang perlu di maafkan”  beberapa helai daun saga jatuh diantara kami. Dia masih meletakan dagu dilutut dan memainkan ujung jarinya…
“kau asing sekali akhir-akhir ini? Seharusnya kau marah?” aku lagi-lagi mengejarnya dengan pertanyaan, dia tersenyum tanpa menoleh ke arahku
“hmmmm… karena aku sadar jika kau bukan miliku”  hatiku nyilu… kupegang tangannya
“masihkah kau mencintaiku?”
“waktumu sudah tiba… apa yang mampu kita lakukan?”
“apa kau akan melupakanku?” aku egois, seharusnya pertanyaan itu tak perlu kulemparkan padanya, akulah yang seharusnya menerima pertanyaan itu
“mana bisa…”
Kutatap lekat-lekat wajahnya… kucoba menelusuri sebesar apa luka di hatinya…
“rasanya aku ingin pergi…” kataku tiba-tiba
“jangan keras kepala, pikirkan bapak sama mak… jangan kecewakan mereka”



Aku memejamkan mataku rapat-rapat, mencoba berdamai dengan nasib. Akhirnya aku mengerti perasaan apa dirasakan oleh para wanita tlah meninggalkan aku dulu… mengapa aku begitu naïf, inikah rasa seorang penghianat, sebaik apapun aku mengemas perasaanku dan apapun alasanya aku tetap seorang penghianat cinta. Aku akan di ingat sebagai wanita telah meninggalkan seorang Prempuan 23 tahun demi memenuhi takdir….
05.28.00   Posted by Unknown in , , with 3 comments

3 komentar:

  1. keren tapi...coba ada identifikasi para pelaku diawal...meskipun dalam bentuk narasi...misalnya...aku memandang rambutnya yg lurus sebahu...dengan senyum manis...atau apalah yg menggambarkan sosok wanita...demikian juga buat tokoh aku...digambarkan sedikit...jadi jelas ini siapa dengan siapanya...hehe

    BalasHapus
  2. mungkin akan lebih baik ada penggambaran para tokoh diawalnya....baik lawan main maupun si aku....ga harus nama...tapi sedikit ciri fissik sehingga tergambar dengan jelas...karena di ending...agak ngeblur...tokoh aku merasa bersalah menyakiti wanita...tapi dirinya sendiri wanita...g papa siy klo cerita tentang hub sejenis...justru seru...tapi jgn membingungkan....

    BalasHapus

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search