Siang itu
Aku membantalkan kedua tanganku di bawa tengkukku, Dia duduk di sisiku… angin melayang-layang meniup sisi rambutku.
“kau pasti akan membenciku?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibirku. Jari-jemarinya mengukir sesuatu di bangku bambu, abstrak, hal serupa mungkin terukir di hatinya…
“untuk apa aku membencimu? Kau tak pantas dibenci…” katanya datar dan tanpa ekspresi. Di wajah itu tak mampu kuraba perasaan apapun lagi, kecuali rasa bersalahku padanya…
“maaf…” kataku begitu saja
“tak ada yang perlu di maafkan” beberapa helai daun saga jatuh diantara kami. Dia masih meletakan dagu dilutut dan memainkan ujung jarinya…
“kau asing sekali akhir-akhir ini? Seharusnya kau marah?” aku lagi-lagi mengejarnya dengan pertanyaan, dia tersenyum tanpa menoleh ke arahku
“hmmmm… karena aku sadar jika kau bukan miliku” hatiku nyilu… kupegang tangannya
“masihkah kau mencintaiku?”
“waktumu sudah tiba… apa yang mampu kita lakukan?”
“apa kau akan melupakanku?” aku egois, seharusnya pertanyaan itu tak perlu kulemparkan padanya, akulah yang seharusnya menerima pertanyaan itu
“mana bisa…”
Kutatap lekat-lekat wajahnya… kucoba menelusuri sebesar apa luka di hatinya…
“rasanya aku ingin pergi…” kataku tiba-tiba
“jangan keras kepala, pikirkan bapak sama mak… jangan kecewakan mereka”
keren tapi...coba ada identifikasi para pelaku diawal...meskipun dalam bentuk narasi...misalnya...aku memandang rambutnya yg lurus sebahu...dengan senyum manis...atau apalah yg menggambarkan sosok wanita...demikian juga buat tokoh aku...digambarkan sedikit...jadi jelas ini siapa dengan siapanya...hehe
BalasHapusmungkin akan lebih baik ada penggambaran para tokoh diawalnya....baik lawan main maupun si aku....ga harus nama...tapi sedikit ciri fissik sehingga tergambar dengan jelas...karena di ending...agak ngeblur...tokoh aku merasa bersalah menyakiti wanita...tapi dirinya sendiri wanita...g papa siy klo cerita tentang hub sejenis...justru seru...tapi jgn membingungkan....
BalasHapusoke tnx atas masukannya
BalasHapus