Translate

Rabu

Early Reports Suggest Spectacular Geminids Meteor Show TonightTak ada toga yang melayang ke udara
tak tepukan karna berdiri di mimbar

tak ada tumpukan buku tertuliskan namaku di pojok buku
tak ada prestasi... 

tak ada kegembiraan yang kuberikan... kecuali air mata ketika ia memelukku dengan selendang hijau. Seseorang berteriak diantara keramaian

"peluk dia lama" kurasa itulah yang akan kulakukan, pelukan yang tak akan pernah kulupakan seumur hidupku, dia membisikan doa-doa cinta ditelingaku tanpa putus meski taksatupun di ijabah oleh Tuhan. Selendangku telah basah... berpadu dengan air mata dua wanita saling mencintai. Cinta yang mengikat begitu kuat, hingga aku terpenjara didalam rasa bersalah tanpa bisa melepaskanya. Doanya seperti mantra untukku, menjegah aku melangkah lebih gila... 

Dalam sujudku yang dalam... seperti aku kembali dalam kandunganya. Saat kedua tanganku memegang lenganya dan mengecupnya dalam... seluruh wajahku diciumnya penuh kasih, waktu seperti berhenti... bunga Yamasakura dimusim semi seolah berjatuhan disekitarku, bukan hanya warna pink namun semua warna. Dikedalaman hatinya kulihat pelangi meski berembun melintasi udara melengkung berudara lembab... harum tubuhnya seperti kasturi yang terus ingin kuhisap, meski aku tidak tau bau apa itu... tapi kata orang bau itu, bau sorga... sangat kusuka. Sujud yang dalam itu takmau kusudahi, hingga akhirnya ia mengangkat tubuhku dan menatap wajahku sedalam dia bisa. Kedua tanganku memegang pipinya, tanpa menghiraukan ratusan orang melihat kearahku...

Didalam bilik itu...
Ia sudah menyerahkan kebebasanku pada seorang yang tak ingin kupadang wajahnya... ketika pintu ditutup, masih kulihat senyumnya yang basah... tubuh tua itu dibimbing oleh anaknya yang lain. Blam!!! seketika musim semiku dihancurkan begitu saja dengan kehadiran bau yang takku suka! Dia berdiri seperti monster disisiku! ibu tolong jauhkan orang ini dariku.... rintihan itu tak terus kebibir, tapi jiwa!

kau tau ibu... aku tak pernah ingin dewasa. Aku tak suka besar.... aku tak suka jadi dewasa! aku ingin jadi anakmu yang kecil...
Kau besarkan aku diantara pepohonan hijau... aku tumbuh besar diantara angin dan dedaunan yang berjatuhan. Kau ingat? ketika aku membuat rumah diatas pohon bersama teman-temanku? ketika orang berteriak-teriak takut aku jatuh diatas ketinggian... kau membiarkan aku, temanku bilang mana bisa rumah diatas pohon? aku mengambil kardus dan tali-tali dari warungmu, mengikatnya bersama tarpelek-tarpelek halus... setelah rumah itu kuciptakan teman-temanku menykainya... sebenarnya aku lebih suka berdiri diantara cabang-cabang pohon dan melihat hamparan hutan dari atas, disanalah kebebasan yang sebenarnya kudapatkan.... kemurnian kehidupan

Ketika aku masih SD kau dan aku duduk dibawa pohon... kau memeluk pundaku. Mataku tertuju pada pesawat yang lewat diatara kepala kita berdua

"suatu saat kau akan membawaku menaiki benda itu..." aku mengangguk pasti

tahun 2007
harapanmu musna...
aku menjadi psakitan...

"lupakan mereka nak" kau memelukku dalam kegelapan malam

"aku tak bisa..." mataku berembun meratapi kegagalanku

"lupakan orang-orang yang menghancurkan hatimu nak... ada ibu"

Tahun-tahun berlalu... semua orang meninggalkanku... wanita-wanita yang katanya "mencintaiku" meninggalkanku... kau tetap memelukku

"kau gila! sinting! lihat para pacar-pacarmu yang berengsek itu? apa dia ada untukmu saat kau jatuh? ada!? mereka semua meninggalkanmu... lihatlah wanita tua itu... dia ibumu yang tak pernah meninggalkanmu" sahabtku menyadarkanku meski gagal

"dia tak pernah meninggalkanmu... berhentilah kumohon... demi hidupmu"

"aku tidak bisa berhenti! caraku yang salah..."

"pikirkan ibumu..."

Dalam sujudmu pada Tuhan....

doamu yang terucap diiringi tangis namakulah yang sering kau sebut

"Ya Allah... bimbinglah anak bungsuku dalam jalanMu. Terangi kembali jalannya... bimbing dia kembali Ya Rabbi, bawa dia kembali kejalanMu" langkahku lunglai mendengarnya...

Aku hanya seorang anak yang tumbuh bersama alam... yang ditempah oleh waktu menjadi besi. Kujalani hidupku lebih rumit dari orang lain... karena aku sanggup. Tuhan takakan menghukummu di akherat hanya karena seorang anak sepertiku. Ketika langkah-langkahku LEBIH MEMILIH GUNUNG DAN BUKIT KETIMBANG jalan beraspal.... karena aku adalah anakmu... kesulitanmu melahirkanku adalah gambaran kesulitan hidup yang kujalani. Percayalah padaku... aku sanggup! aku sanggup! aku mampu!!!

*                    *                *

Maafkan aku ibu...

Aku tak bisa berhenti... meski kau berikan tubuhku pada Adam... tapi hatiku selalu tertuju pada Hawa....

Ampuni aku ibu...

00.58.00   Posted by Unknown in , , , , , with No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search