Mereka hanya ingin aku belajar bahwa manusia tak semuanya diberi nasib
yang sama. Di usiaku ke 29 tahun mereka juga bertahan menjadi saksi, bahwa
aku mampu bertahan meski aku bukan mawar yang mekar sempurna di pagi hari,
meskipun aku adalah buah bertengger di dahan paling sudut yang tak membesar,
meskipun aku adalah padi yang tak terkelupas kulitnya, meskipun aku adalah nasi
yang hanya keraknya… tapi, mereka menghargaiku sebagai mentari yang
bersinar sepanjan hari, meskipun tak ada melihat sinarku sebab… orang lain
lebih suka melihat mendung menutupi mentari.
Aku bangga menjadi anak mereka…