Jun namanya, prawakanya tinggi, putih dan bersih. Dia tampan
sekali dengan mengenakan batik berwarna coklat, aku tak menyangka
sekarang dia sangat tampan seperti bintang drama Korea, pertemuan
singkat itu kami gunakan bercakap ringan sebagai sahabat lama tak jumpa.
Dulu usianya masih belasan saat kami berdua asik duduk dibelakang
sekolah ketika pergantian pelajaran. Jun sangat mempercayai aku untuk
menceritakan semua tentang perasaanya kepada ketua kelas kami, kebetulan
adalah sahabat baikku. Jun sudah sangat gemulai waktu itu, di
kantongnya tidak pernah ketinggalan kaca bulat yang dia tatap setiap
saat... pernah dia ditampar oleh guru PPKN...guru itu menjelaskan
pelajaran Jun menjatuhkan kaca...
"sini kamu..." takut-takut Jun maju kedepan, dan... paaarrr! tamparan bolak-balik mendarat dipipi Jun, seisi kelas hening seketika, muka Jun memerah... kulihat matanya akan segera berair
"laki-laki kok hoby-nya berkaca kayak perempuan! sekali lagi kamu ketauan seperti ini jangan pernah masuk lagi di kelas saya" Jun duduk kembali di kebangku. Lama sekali aku memandangnya...kasian sekali pikirku. Setelah pelajaran usai aku menghampirinya
"ancriiiittt dia" maki Jun...
"Jun, makanya liat-liat tempat"
"ah emang dia gak suka kok sama aku... iyah kan?" Jun menekuk mukanya kemeja...
"udah Jun. Jangan nangis" kataku, berusaha menenangkanya... dia memegang tanganku erat- sangat erat hingga tanganku terasa nyilu, mungkin saaat itu Jun teramat kesal... tidak sekali itu saja Jun mendapat pelecehan atas perilaku gemulainya ejekan dari guru sering ia terima, tapi hebatnya Jun dia selalu menunjukkan prestasi meskipun tidak mmendapatkan rengkeng satu tapi lumayan selalu lima besar.
"sini kamu..." takut-takut Jun maju kedepan, dan... paaarrr! tamparan bolak-balik mendarat dipipi Jun, seisi kelas hening seketika, muka Jun memerah... kulihat matanya akan segera berair
"laki-laki kok hoby-nya berkaca kayak perempuan! sekali lagi kamu ketauan seperti ini jangan pernah masuk lagi di kelas saya" Jun duduk kembali di kebangku. Lama sekali aku memandangnya...kasian sekali pikirku. Setelah pelajaran usai aku menghampirinya
"ancriiiittt dia" maki Jun...
"Jun, makanya liat-liat tempat"
"ah emang dia gak suka kok sama aku... iyah kan?" Jun menekuk mukanya kemeja...
"udah Jun. Jangan nangis" kataku, berusaha menenangkanya... dia memegang tanganku erat- sangat erat hingga tanganku terasa nyilu, mungkin saaat itu Jun teramat kesal... tidak sekali itu saja Jun mendapat pelecehan atas perilaku gemulainya ejekan dari guru sering ia terima, tapi hebatnya Jun dia selalu menunjukkan prestasi meskipun tidak mmendapatkan rengkeng satu tapi lumayan selalu lima besar.

"eh... kamu liat deh dia?" Jun melirik Edo duduk dipinggir taman
"ihhh... suka? bilang..."
"ih, gak mungkin.... dia temen baikmu. Lagian dia bukan Gay... dia kan cowok alim..." Jun menggandeng tanganku.
"dia sahabat baikku..."
"gosipnya kelas satu dulu dia menyukai kamu kan? kok kamu datar aja sama dia?"
"ah,
sinting! sesama teman tidak boleh mencampur adukan perasaan" jelasku.
Sebenarnya aku ingin mengatakan juga pada Jun bahwa perasaanku sangat
datar pada laki-laki, tapi sayangnya aku tidak seberani Jun dalam
mengungkapkan perasaanku sendiri terlebih aku harus menjaga perasaan
kakakku karena dia adalah guru disekolah.
"suatu saat nanti aku pasti akan menemuimu, tapi dalam keadaan gak kayak gini lagi... aku pasti jadi cowok macho dan sukses"
"Jun... hal paling menyenangkan itu adalah jadi diri sendiri" ia menatapku....
"apa ini kesalahan ya? nyatanya banyak banget guru gak suka sama aku"
"ah
Jun... kita masih terlalu muda untuk mengetahui hal itu" aku memang
tidak mengetahui banyak tentang kasus yang kami alami ini, mungkin
karena pemikiran kami belum begitu matang soal hati, masih labil dan
kesana kemari, kebandelan tengah menguasai remaja seusia kami... hal
paling menarik dari segalanya adalah persahabatan ketimbang hubungan
berbau cinta.
ada sebuah kejadian yang agak mengagetkan aku, Vera namanya teman sekelas kami pernah nyeltuk meneriakiku
"lesbi!"
Jun menjambak prempuan itu, mereka berdua bergulat didepan kelas satu
sekolahan gadu, akhirnya keduanya di skor satu minggu. Aku sungguh
menyesal, seharusnya Jun tidak perlu melakukan itu untuk membelaku.
Semenjak itu Vera semakin membenciku dan semakin gencar menyebarkan
fitnah tentang aku dan sahabat-sahabatku... aku sebenarnya maklum dan
tidak menanggapinya serius... sebab Osyin sahabat karibku yang dulunya
pindahan dari pssantren terlalu tergantung padaku, dia tidak pernah
melepaskanku kemanapun aku pergi( Baiklah, kita bahas lain kali soal Osyin dan Vera) sikap Osyin seperti itu membuat Vera melampiaskan kemarahanya padaku.
Kembali pada Jun...
Perpisahan sekolah tiba... Jun memelukku erat
"kita pasti bertemu lagi" Jun merengek. Itu terakhir aku bertemu Jun...
Sepuluh
tahun kemudian... aku menemukan Jun. Aku kaget... ia benar-benar
melaksanakan janjinya. Sosok Jun jadi macho dan ganteng, kesuksesanya
sudah terlihat... ia memiliki berbagai fasilitas di usia bahkan belum
genap 30 tahun...
Jun tidak pernah lagi mengungkit
tentang orentasi sekksualnya dan aku juga membatasi hal itu. Orang yang
disukai Jun menikah... dan pertanyaan basi sesama teman lama yang tidak
akan pernah aku tanyakan pada Jun adalah....
"kok belum nikah padahal dah mapan"
hahahahaha XD
BalasHapusokey tnx
Hapuskunjungan perdana sobat,,
BalasHapuswah suka nulis ya?
ayo di update lg :)
BalasHapusiyah nei sekarang jarang update... ntar kita update lagi dan aktif lagi di blogger ini :) terimaksih sudah berkunjung
Hapus