Translate

Minggu

Kayu besar tergeletak dipinggir pantai, cukup menahan tubuh kami berdua duduk bersilang. Ia masih mengenakan baju tidur berwarna merah jambu, rambut lebatnya diikat, helai-helai anak rambutnya bergoyang lincah tertiup angin pantai. Ombak  berkejaran, ratusan manusia hilir mudik didepan kami berdua

“apakah kau bahagia bersamaku?” entah tiba-tiba saja petanyaan itu muncul dari bibirku yang mulai menghintam karena kebanyakan mnghisap nekotein. Ia menoleh kearahku, melemparkan senyum datar. Aku telah gagal membuat ia tersenyum lebar dan lepas.

“ya…” sebenarnya yang kumau lebih dari sekedar kata-kata iya. Kami berdiri menyusuri pantai… berjalan mengikuti irama gelombang

“eh lesbong” tiba-tiba saja segerombolan anak mudah duduk dipantai bersiul. Aku berhenti tepat dan melangkah kearah mereka

“apa!? ulang lagi!!! ulang lagi?” kataku dengan nada agak keras

“enggak… enggak…. enggak”  kata mereka sambil cegar-cengir. Dia menarik tanganku, seolah mengatakan sudahlah. Kami tinggalkan anak-anak itu. Yah, kami memang pasangan lesbian, sebenarnya ini bukan sekali, saat kami berjalan berdua sering kali bisik-bisik itu terdengar, siiapapun akan mengatakanya, dengan styleku tomboy.

“kamu tunggu disini yah, aku joging... jangan kemana-mana”

“enggak mau! enggak mau!”

“loh terus mau ikut ayo!”

“ogah. disini aja”

“yahsudah”

Akhirnya kami bersendir disebuah perahu nelayan. Sebenarnya, aku sungguh ingin banyak berucap. Tapi ahhh lidahku keluh, aku hidup dengan seorang wanita hampir kehilangan cintanya, tapi dia tetap bertahan… ia sudah menyampaikan hal itu pada sahabat baiku sendiri Azurah

“dia bilang, cinta mungkin ada, tapi tidak sebesar dulu lagi” kata itulah akhirnya berkeliaran di otakku. Dia bukan tipe yang terbuka soal perasaannya sendiri. Dalam diamku dan bisunnya, kami sama-sama memendam rasa berbeda, dua orang  dulu pernah jatuh cinta kemudia disatukan dengan kometmen, seiring waktu dan keadaan peasaan wanita itu berangsur menipis seperti pasir disapu ombak

Hatiku memasuki musim gugur, kelopak sakuraku yang indah dan berwarna hampir semuanya jatuh kebumi dalam waktu yang bersamaan. Tapi, apa aku pernah menyesal memiliki cinta sedemikian besar padanya? jawabanku adalah tidak, pun ketika aku harus melepaskannya, karena kisah itu hanya aku yang memiliki

Warna awan pantai sudah menandakan senja. Kami henak pulang ke kamar kecil kami, kamar yang bercerita lewat sela-sela kebisuan… 
Kami menyusuri jalan-jalan pantai beraroma Venus tanpa bergadeng dia berjalan mendahuluiku. Sebuah tekad sudah aku bulatkan dalam hati, cinta adalah kebahagiaan dan senyuman. dan aku tidak mendapatkannya lagi dari perempuan sangat aku cintai itu Akan kuputuskan semua ikatan telah membelenggu hatimu. Saat kau kubebaskan semoga kau akan memilih sesuai dengan hidupmu....
06.45.00   Posted by Unknown in with 2 comments

2 komentar:

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search